Nih buat jajan

Urgensi kebijakan peningkatan produktivitas jagung untuk ketahanan pangan nasional

Hasran, Center for Indonesian Policy Studies

Meski kalah pamor dibandingkan padi, jagung merupakan salah satu tanaman pangan unggulan nasional. Komoditas ini berpotensi memberikan kontribusi besar bagi ketahanan pangan dan perekonomian nasional.

Tak hanya sebagai bahan makanan, jagung juga menjadi bahan baku penting bagi berbagai industri hilir, seperti pakan ternak, tepung, dan makanan olahan lainnya. Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS), jagung merupakan sumber bahan baku penting untuk 32 sektor industri, menjadikannya komoditas dengan nilai tambah tertinggi ketiga di sektor pertanian, setelah padi dan kelapa sawit.

Studi yang sedang dilakukan oleh Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menunjukkan efek pengganda ekonomi dari sektor jagung juga cukup signifikan.

Temuan awal kajian yang sedang kami lakukan menunjukkan, tambahan permintaan sebesar Rp1 juta pada sektor jagung dapat meningkatkan output ekonomi keseluruhan sebesar Rp1,24 juta dan menambah Gross Domestic Product (GDP) nasional sebesar Rp990 ribu. Efek pengganda ekonomi sektor ini lebih tinggi dibanding rata-rata pengganda sektor pertanian lainnya, yang mencatatkan pengganda output sebesar Rp1,23 juta dan pengganda PDB sekitar Rp862 ribu.

Hal ini menunjukkan bahwa sektor jagung tak hanya berpotensi besar sebagai pendorong pertumbuhan bagi sektor pertanian, tetapi juga bagi industri hilir dan perekonomian nasional.

Berdasarkan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Nasional RPJMN 2025-2029, target pertumbuhan sektor pertanian dipatok sebesar 3,5%-4%. Sumber pertumbuhan tersebut bertumpu pada peningkatan produktivitas pertanian, termasuk komoditas jagung di dalamnya. Angka ini harus dicapai meski dihadapkan pada potensi pengurangan lahan sebesar 1,5% per tahun, sementara itu jumlah penduduk terus bertambah 1,5% setiap tahunnya.

Untuk mencapai hasil yang optimal, maka diperlukan berbagai strategi yang komprehensif dalam peningkatan produktivitas jagung seperti; Pertama, peningkatan adopsi benih unggul berkualitas. Kedua, akses berkelanjutan terhadap input pertanian lainnya, termasuk penyediaan informasi Good Agricultural Practice (GAP). Ketiga, dan pemetaan dan grand design pengembangan pasar jagung jangka menengah.

Adopsi benih unggul sebagai strategi utama

Penggunaan benih unggul, baik hibrida maupun komposit, merupakan kunci utama peningkatan produktivitas jagung.

Dibandingkan benih lokal, benih unggul memiliki potensi produktivitas yang lebih tinggi dan tingkat resiliensi yang lebih baik terhadap cuaca ekstrem seperti banjir dan kekeringan. Bahkan lahan suboptimal, seperti sawah tadah hujan, dapat dimanfaatkan secara efektif dengan menggunakan benih unggul. Hal ini menunjukkan bahwa adopsi benih unggul mampu mengatasi keterbatasan lahan pertanian.

Salah satu upaya yang telah dan sedang dilakukan pemerintah untuk meningkatkan adopsi benih unggul berkualitas adalah program bantuan benih jagung, terutama di daerah-daerah yang masih berada pada tahap awal pengembangan benih.

Namun, agar program ini berhasil, pemerintah bersama perusahaan penyedia benih perlu menyediakan informasi yang cukup dan pendampingan budidaya jagung yang baik atau (Good Agricultural Practices/GAP) kepada kelompok petani penerima. Dengan begitu, petani bisa lebih yakin mencapai keberhasilan budidaya benih jagung.

Sinergi antara tim penyuluh dan perusahaan benih juga penting untuk memastikan bahwa pelatihan yang diberikan tepat guna. Dengan begitu, petani dapat terus mengadopsi benih unggul tersebut meskipun program bantuan pemerintah sudah berakhir. Hal ini menciptakan pasar yang berkelanjutan sekaligus memberikan insentif bagi perusahaan benih untuk melayani kebutuhan petani.

Program ini ibarat stimulus awal untuk petani yang mau mencoba benih unggul dan merasakan manfaatnya dalam bentuk peningkatan produktivitas, sehingga selanjutnya akan mengadopsi secara mandiri.

Untuk itu, mekanisme yang dapat digunakan adalah hibah barang sehingga produk benih unggul dapat diterima secara langsung oleh petani.

Akses berkelanjutan terhadap input pertanian dan informasi GAP

Selain adopsi benih unggul, peningkatan produktivitas sektor jagung dapat dicapai melalui akses berkelanjutan untuk pupuk, penanganan hama dan penyakit, serta pendampingan GAP. Seiring perkembangan pasar, yang ditandai dengan peningkatan adopsi benih dan GAP secara mandiri selepas program bantuan, peran pemerintah dapat dialihkan ke mekanisme yang melibatkan jaringan distribusi tanpa mengganggu dinamika pasar.

Salah satu mekanisme yang memungkinkan adalah subsidi harga. Mekanisme ini cocok untuk daerah yang akses distribusi benihnya masih terbatas. Dengan subsidi, program bantuan pemerintah diharapkan dapat memberikan insentif pertumbuhan kios di daerah-daerah pengembangan.

Selain itu, subsidi harga juga dapat membantu memperkenalkan lebih banyak jenis benih kepada petani, sehingga mereka tidak hanya bergantung pada satu atau dua produk atau merek tertentu yang sudah umum digunakan. Di wilayah tertentu, petani mungkin membutuhkan varietas benih khusus yang sesuai dengan kondisi iklim atau lingkungan setempat, misalnya varietas yang tahan kering (yang mampu tumbuh di daerah dengan curah hujan rendah atau musim kering panjang) atau varietas di bawah naungan (yang cocok ditanam di bawah pohon atau di area dengan intensitas cahaya matahari yang terbatas).

Dengan demikian, petani dapat mengenal lebih banyak varietas benih dan lebih mudah memperolehnya di kios terdekat.

Daerah yang jaringan pasar komersialnya sudah berkembang, seperti Jawa Timur, Jawa Barat, hingga Lampung, akses terhadap input pertanian maupun GAP-nya lebih terjamin.

Selain didukung banyaknya perusahaan benih dan kios yang aktif melayani di daerah tersebut, kehadiran perusahaan pendukung pertanian lainnya juga membantu memperkenalkan produk terkait dengan budidaya jagung. Misalnya perlindungan tanaman untuk hama dan penyakit jagung atau peralatan dan mesin budidaya jagung.

Pelaku usaha hilir, seperti pedagang hasil panen jagung, juga akan mulai berinvestasi di daerah tersebut. Dengan keterlibatan mereka, informasi terkait budidaya yang baik dan inovasi-inovasi terbaru akan terus tersedia bagi petani, tanpa harus bergantung pada pemerintah.

Misalnya, teknik penyemprotan yang tepat dapat disampaikan oleh pelaku usaha perlindungan tanaman, sementara pedagang bisa memberikan panduan tentang standar mutu dan metode pengeringan hasil panen.

Namun, untuk mendukung petani kecil di wilayah maju, program bantuan pemerintah tetap relevan jika dirancang untuk meringankan biaya produksi. Mekanisme bantuan dapat diberikan dalam bentuk hibah uang atau bantuan langsung tunai, sehingga tidak mengganggu dinamika pasar dan petani juga bisa leluasa menggunakan produk benih sesuai dengan lahan mereka.

Pemetaan dan grand design pengembangan pasar jagung

Pemetaan pasar jagung merupakan langkah penting untuk memastikan kebutuhan suatu daerah terpenuhi, sehingga program bantuan dapat dirancang dengan tujuan dan mekanisme yang sesuai. Contoh dua daerah yang telah mengembangkan sistem pemetaan ini adalah Kabupaten Sumenep di Provinsi Jawa Timur dan Provinsi Jawa Tengah.

Sistem pemetaan dibuat dengan mengoptimalkan data dari Balai Penyuluhan Pertanian (BPP) di setiap kecamatan, seperti produktivitas, luas panen, dan jumlah pelaku usaha yang terlibat dalam pasar jagung. Penerapan pemetaan ini secara lebih luas perlu mulai dilakukan di kabupaten-kabupaten sentra produksi jagung, baik yang saat ini sudah menjadi sentra utama maupun yang menjadi target pengembangan baru.

Selain berdasarkan pemetaan kondisi pasar, perencanaan bantuan juga perlu disesuaikan dengan desain besar pengembangan jagung untuk jangka menengah. Misalnya, untuk pemenuhan kebutuhan protein berbasis unggas di luar Jawa, maka diperlukan sentra-sentra produksi jagung baru untuk pakan unggas di daerah tersebut.

Bila pengembangan sentra ini memerlukan dukungan prasarana pertanian lainnya, seperti irigasi, maka program bantuan benih dapat disinergikan dengan proyek tersebut. Dengan perencanaan program bantuan yang berbasis pada grand design dan pemetaan pasar, efektivitas dan efisiensi program bantuan benih jagung juga akan meningkat.The Conversation

Hasran, Researcher, Center for Indonesian Policy Studies

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *