Nih buat jajan

Makanan yang kamu konsumsi ternyata bisa pengaruhi kesehatan anak cucu kelak

Argandita Meiftasari, Max Planck Institute of Immunobiology and Epigenetics dan Yonika Larasati, Université de Genève

● Asupan nutrisi pengaruhi epigenetik alias cara tubuh membaca kode genetik

● Epigenetik yang tidak seimbang bisa berdampak pada kesehatan tubuh dan anak cucu dalam satu garis keturunan keluarga

● Pemerintah dan masyarakat harus berkolaborasi guna memastikan nutrisi sehat bisa diakses semua orang secara merata


“Dirimu adalah apa yang kamu konsumsi.”

Ungkapan populer ini bukan asal sebut. Sebab, nutrisi dalam makanan yang kita santap memang bisa memengaruhi kesehatan tubuh, bahkan bisa berdampak hingga kondisi anak cucu kita di masa mendatang.

Penelitian mengungkapkan kualitas nutrisi akan memengaruhi epigenetik, yaitu cara tubuh membaca kode genetik (DNA).

Pada gilirannya, hal ini bisa memengaruhi fungsi dan perkembangan sel yang berdampak pada kesehatan tubuh generasi berikutnya dalam satu garis keturunan keluarga.

Nutrisi pengaruhi pola epigenetik

Kemampuan epigenetik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti tingkat stres, gaya hidup, termasuk nutrisi makanan.

Asupan nutrisi yang buruk bisa mengganggu kemampuan epigenetik dalam membaca DNA. Akibatnya, tubuh keliru dalam menentukan gen mana yang perlu diekspresikan dan dihambat.

Gen yang terhambat dapat menimbulkan beragam gangguan fisik dan mental, termasuk kanker hingga sindrom Down.

Sebagai contoh, sering mengonsumsi banyak gula bisa memengaruhi pola epigenetik sperma laki-laki. Kondisi ini bisa mengganggu kesuburan dan berisiko diwariskan ke keturunannya.

Sementara itu, data epidemiologi dari kelaparan yang melanda Belanda (1944-1945) dan Suihua, Cina (1959-1961), menunjukkan bahwa kekurangan nutrisi saat hamil meningkatkan risiko kasus obesitas, diabetes, dan penyakit ginjal lintas generasi.

Pentingnya asupan nutrisi sejak dini

Memprioritaskan kebutuhan nutrisi sangat penting bagi kesehatan tubuh kita maupun generasi mendatang.

Pemerintah dan masyarakat pun harus berkolaborasi guna memastikan nutrisi sehat bisa diakses semua orang secara merata, terutama ibu hamil dan anak-anak.

Beberapa aspek yang perlu diperhatikan, di antaranya:

1. Mendata asupan nutrisi masyarakat

Sejumlah mikronutrisi esensial (seperti asam folat, zat besi, vitamin B12, vitamin D, dan yodium) memengaruhi kualitas epigenetik tubuh kita dan generasi berikutnya. Karena itu, penting bagi masyarakat—terutama ibu hamil dan anak-anak—untuk memiliki kadar mikronutrisi yang cukup.

Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyadari bahwa kekurangan mikronutrisi merupakan masalah serius yang masih terus terjadi. Kekurangan yodium, misalnya, bisa menyebabkan anemia pada ibu hamil sehingga berisiko memicu kelahiran prematur, bayi dengan berat badan lahir rendah, hingga keguguran.

Sementara itu, kekurangan asam folat dapat menyebabkan janin berisiko mengalami cacat tabung saraf, preeklamsia, serta gangguan pertumbuhan anak.

Sayangnya, Indonesia belum memiliki data nasional berisi status asam folat, zat besi, dan berbagai vitamin esensial masyarakat. Program cek kesehatan gratis yang baru saja diluncurkan diharapkan bisa mencakup pendataan mikronutrisi masyarakat yang beragam di setiap daerah.

Pendataan status gizi masyarakat penting agar bisa mengidentifikasi masalah dan memenuhi kebutuhan gizi masyarakat secara terarah dan sistematis.

2. Edukasi pangan bermikronutrisi esensial

Berbagai mikronutrisi di atas dapat diperoleh secara alami melalui sayuran hijau, kacang hijau, olahan kedelai (tempe dan tahu), maupun ikan sungai dan laut. Namun, WHO merekomendasikan penambahan bahan makanan pokok dengan asam folat, zat besi, vitamin A, dan yodium untuk mencukupi kebutuhan mikronutrisi tubuh.

Sebagai contoh, meskipun garam yodium jamak dikenal, hanya 55% rumah tangga di Indonesia yang menggunakan garam beryodium sesuai standar.

Pemerintah harus mengedukasi masyarakat secara lebih masif mengenai bahaya kekurangan, manfaat, serta takaran harian konsumsi garam beryodium dan makanan bermikronutrisi esensial lainnya. Edukasi bisa dilakukan melalui kegiatan penyuluhan tingkat kelurahan hingga RT/RW.

3. Standar nasional pangan

Pemerintah masih perlu membuat standar nasional penambahan bahan pangan dengan mikronutrisi lain sesuai rekomendasi WHO.

Selanjutnya, pemerintah perlu menggandeng pelaku industri makanan untuk membuat pangan bermikronutrisi esensial dengan standar nasional dan biaya terjangkau.

4. Kurangi konsumsi asupan tinggi gula dan lemak

Keseimbangan epigenetik juga bisa terganggu oleh makronutrisi, seperti gula dan lemak. Sayangnya, konsumsi makanan dan minuman tinggi gula dan lemak masyarakat Indonesia meningkat dalam dasawarsa terakhir.

Laporan UNICEF pada 2024 mengungkapkan bahwa anak-anak hingga orang dewasa di Indonesia mengonsumsi makanan dan minuman tinggi gula, garam, dan lemak secara berlebihan setiap hari. Aktivitas ini berisiko menimbulkan obesitas, penyakit jantung, diabetes, hingga kanker.

Untuk itu, pemerintah perlu gencar mengedukasi masyarakat agar menghindari makanan tinggi gula dan lemak. Cukai minuman berpemanis mulai paruh kedua 2025 juga perlu didukung dan disosialisasikan untuk mengurangi konsumsi gula masyarakat.

Pemerintah juga perlu mencantumkan label kemasan makanan/minuman tinggi gula dan lemak, seperti halnya label bahaya pada bungkus rokok.

Mengonsumsi makanan dan minuman tidak sesederhana menghilangkan rasa lapar dan dahaga. Asupan yang kamu konsumsi ternyata bisa berdampak jauh hingga kesehatan anak cucu nanti.

Pastikan pilah, pilih, dan penuhi kebutuhan nutrisimu guna menjaga kesehatan tubuh dan anak cucu, ya!The Conversation

Argandita Meiftasari, Researcher, Max Planck Institute of Immunobiology and Epigenetics dan Yonika Larasati, Postdoctoral fellow, Université de Genève

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.


Comments

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *